Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

Labels

Selasa, 23 Desember 2014

Depresiasi Rupiah Tak Berdampak ke Investasi 2015

JAKARTA- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika diperkirakan tidak akan berpengaruh terhadap kinerja investasi langsung pada tahun depan. Franky Sibarani, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mengatakan investor tidak akan mengubah rencana awal untuk menaruh dananya di Indonesia.



Menurut dia sampai saat ini Indonesia masih menjadi tempat yang menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya. “ Buktinya hari ini beberapa perusahaaan telah berkomitmen untuk melakukan perluasan khususnya investasi garment dan alas kaki,” ujarnya, di BKPM, kemarin.

Hal senada juga diungkapkan Azhar Lubis, Deputi Bidang Pengembangan Iklim BKPM. Menurut dia, melemahnya rupiah tidak akan berdampak banyak terhadap investasi karena pelemahan rupiah saat ini merupakan tren setiap akhir tahun.

Menurut Azhar, pertumbuhan investasi masih terbilang bagus. Meski rupiah melemah tapi investasi yang berorientasi ekspor menunjukkan tren peningkatan. Apalagi penyerapan target investasi hingga kuartal ke III tahun ini mampu mencapai 75% atau Rp 342 triliun dari target tahun ini sebesar Rp 456 triliun.

Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom PT Samuel Asset Manajement, berpendapat, pelemahan nilai tukar rupiah hanya akan berdampak pada investor dalam negeri, karena investor dalam negeri cenderung menahan ekspansi, misalnya ekspansi di sektor manufaktur .

Sedangkan untuk investor asing tidak akan berdampak karena semuanya sudah memakai dolar AS. “Semua pembiayaan dari mulai perizinan hingga pembelian alat sudah memakai dolar,” ujarnya.

Data BKPM menunjukkan realisasi penanaman modal asing hingga kuartal III tahun ini mencapai Rp 228 triliun meningkat 14% dari tahun sebelumnya Rp 199 triliun. Sementara realisasi penanaman modal dalam negeri sebesar Rp 114 triliun meningkat 21% dibanding tahun sebelumnya.

Franky sebelumnya menyatakan selama Oktober hingga medio Desember 2014 komitmen investasi yang masuk mencapai US$ 18,7 miliar, diantaranya dari sektor prioritas seperti kelistrikan, industri padat karya, pertanian, maritim dan substitusi impor.

Menurut Franky, nilai tersebut sangat mungkin bertambah karena dari 43 investor yang sudah menyatakan minatnya, 18 di antaranya sudah menyampaikan nilai investasi.

Pemerintah tidak hanya berusaha mendorong masuknya investasi, tetapi juga berupaya meningkatkan proporsi penanaman modal dalam negeri (PMDN). Pemerintah menargetkan porsi PMDN akan mencapai 50% pada 2019 dari saat ini sekitar 35%.

0 komentar:

Posting Komentar