Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

Labels

Selasa, 23 Desember 2014

SBY Ketua Umum, Elektabilitas Demokrat Dapat Menurun

JAKARTA- Sejumlah pengamat politik menilai perolehan suara Partai Demokrat diprediksi bakal menurun pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 jika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali terpilih menjadi ketua umum partai. Demokrat sebaiknya memberikan ruang kepada calon lain untuk menjaga kesinambungan kaderisasi partai.



Maswadi, Pengamat Politik Universitas Indonesia, menyatakan penurunan suara tersebut disebabkan masa keemasan SBY sudah habis. “Puncaknya SBY sudah lewat karena pada masa pemerintahannya korupsi berkembang pesat,” ujarnya, Kamis.

Menurut dia, SBY perlu memberi ruang kepada kader partai Demokrat lain untuk berani mencalonkan diri menjadi ketua umum. SBY sebaiknya tidak mencalonkan diri dulu demi kebaikan Partai Demokrat ke depan. “SBY harus memberi ruang pada kadernya untuk dapat berkembang agar muncul kader yang bisa menggantikannya,” katanya.

Agus Hermanto, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, sebelumnya mengatakan setidaknya ada 80% Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang akan mendukung SBY menjadi ketua umum. Karena itu, kemungkinkan pemilihan ketua umum Partai Demokrat akan dilakukan secara aklamasi.

Maswadi menambahkan, SBY tidak harus menjadi ketua umum agar partai Demokrat kembali dipercaya masyarakat. “Dia bisa berperan di belakang layar untuk lebih fokus meningkatkan kader-kader partai yang memiliki potensi,” katanya.

Maswadi menilai dicalonkannya SBY menjadi ketua umum akan membuat kader partai Demokrat “sungkan” untuk mencalonkan diri. “Kader yang potensial seperti Syarif Hasan dan Ahmad Mubarak tidak akan berani mencalonkan diri jika SBY maju sebagai Ketua umum,” katanya.

A Bakir Ihsan, Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Jakarta, mengatakan sampai saat ini belum ada kader yang bisa menyaingi SBY karena figurnya masih menjadi magnet yang cukup kuat dibandingkan dengan kader Demokrat yang lain.

Menurut dia, hanya SBY yang sanggup membawa partai Demokrat kembali pada masa kejayaannya.  Kemampuan komunikasi SBY dan strategi politiknya serta interaksinya dengan berbagai kalangan akan sedikit berpengaruh terhadap perjalanan partai Demokrat ke depan. “Lebih dari itu semua, SBY adalah pendiri partai Demokrat yang secara politik berhasil meraih posisi tertinggi di negeri ini selama dua periode,” ujarnya.

Sejauh ini, lanjut Maswadi, memang tidak ada yang bisa menandingi SBY di partai Demokrat. Majunya Gede Pasek untuk melawan SBY merupakan perlawanan yang sia-sia. “Gede Pasek bukan calon potensial, dia berani maju itu kan kepalang basah, karena memang sudah tidak disukai oleh para petinggi Demokrat,” tuturnya.

Namun, keberanian Gede Pasek menjadi lawan SBY patut dihargai. Adanya calon alternatif dalam sebuah pencalonan itu akan menggambarkan partai Demokrat pro dengan demokrasi. “Ciri demokrasi berjalan dengan baik itu tidak ada calon yang tunggal. Adanya calon tunggal dalam sebuah pemilihan adalah permainan politik dan rekayasa,” ungkap Maswadi.

Menurut Maswadi jika SBY kembali maju, bukan tidak mungkin citra partai Demokrat sebagai partai oligarkis semakin kuat di masyarakat. “Selama ini partai Demokrat dicitrakan dengan SBY, kultur partai masih berorientasi pada ketokohan SBY sebagai satu-satunya orang yang harus dipatuhi,” ujarnya.

Maswadi berpendapat lebih baik SBY memberikan kesempatan pada kader Demokrat lain untuk menjabat sebagai ketua umum partai. Pasalnya, dengan memberi ruang ke kader lain, kaderisasi dapat berjalan dengan baik yang nanti akan berguna terhadap masa depan partai Demokrat. Jika SBY kembali menjadi ketua umum bukan tidak mungkin regenerasi partai akan menghadapi masalah ke depannya.

Soal, kaderisasi Bakir berbeda pendapat dengan Maswadi. Menurut Bakir, terpilihnya SBY menjadi ketua umum belum tentu mematikan kaderisasi partai. Kaderisasi tergantung pada bagaimana SBY sebagai figur sentral memberikan ruang aktualisasi secara demokratis bagi semua kadernya. “Faktor figur seharusnya menjadi jalan bagi penguatan organisasi dan kader partai, bukan sebaliknya,” ujarnya. 

0 komentar:

Posting Komentar