Bagaimana jika kita dihadapkan
pada dua pilihan antara cinta dan keluarga. Mana yang dipilih? Kita mungkin
punya jawaban sendiri-sendiri mana yang jadi pilihan. Begitu juga Jane Austen
tokoh utama dalam film ini.
Film ini merupakan sepenggal
kehidupan dari kisah cinta novelis besar Inggris, Jane Austen penulis Pride & Prejudice yang
hidup pada abad 18 .
Jane Austen (Anne Hathaway), lahir
sebagai anak pendeta yang mengalami kesulitan finansial. Hidupnya yang serba pas-pasan membuat ibunya (Julie
Walters) mengharapkan anaknya menikah dengan Mr. Wisley (Laurence Fox),
keponakan Lady Gresham (Maggie Smith), wanita kaya raya yang akan mewariskan
seluruh hartanya pada Mr. Wisley.
Meski Mr. Wisley tertarik pada Jane.
Namun Jane tak merespon. Melihat sikap Jane yang menolak pinangan pria sekaya Mr.
Wisley, membuat hati ibunya dongkol. “Tuan Wisley adalah seorang pria muda yang
sangat memenuhi syarat, Kau tahu kesulitan kita, Jane. Apakah kamu lebih suka
jadi perawan tua yang miskin?”.
Meski ibunya terus-menerus
memintanya untuk menikah dengan Mr. Wisley, namun Jane tetap berpendirian untuk
menikah hanya pada orang yang ia cintai. Jane memang terkesan mendahuli
zamannya.
Zaman ketika wanita harus tunduk pada keinginan orang tua. Zaman ketika wanita menjadi penulis dianggap aib. Jane berani untuk bersikap berbeda.
Zaman ketika wanita harus tunduk pada keinginan orang tua. Zaman ketika wanita menjadi penulis dianggap aib. Jane berani untuk bersikap berbeda.
Jane malah memilih sosok Tom Lefroy
(James McAvoy), mahasiswa hukum yang miskin dan bengal. Meski kesan pertama Jane pada Tom begitu
jelek karena sifat arogan dan tak kenal sopan santun, tapi pada akhirnya Jane malah
menaruh hati padanya.
Kisah cinta Jane pada Tom berawal
dari kritikannya terhadap tulisan yang ia bacakan pada sebuah acara keluarga. Semua orang memuji tulisan Jane. Dan
hanya pemuda bengal itu yang mengkritik tulisannya. Tom mengatakan bahwa
tulisan Jane hanya untuk kalangan remaja. Dangkal isinya.
Mendengar cemoohan itu, Jane sangat
marah. Ia lari ke kamar merobek tulisannya. Ia melihat-lihat koleksi tulisannya
yang lain dan kecewa melihat semua yang ia tulis.
Besoknya, tanpa disengaja mereka
berdua kembali bertemu di sebuah hutan. Disitu Jane mengutarakan pembelaan atas
kritik yang dilayangkan padanya. “Perempuan yang menulis novel hanya kemiskinan
yang didapat, pembacanya hanya dari kalangan wanita dan karyanya dianggap tak
bermutu. Bahkan Tuhan pun melarang apa yang ditulis perempuan. Seakan tulisan
perempuan tidak menampakan pikiran yang besar ,” Ungkap Jane kesal.
Suatu hari Jane pergi dengan
ibunya ke kediaman Nyonya Lefroy. Ia meminta izin padanya untuk melihat koleksi
perpustakaannya. Saat dia mencari-cari buku, tiba-tiba dia dikejutkan dengan
kehadiran Tom. Dalam pertemuan itu, lagi-lagi Tom membicarakan mengenai
tulisannya. “Jika ingin setara dengan penulis fiksi laki-laki maka tulisan anda
harus bersandar pada pengalaman”. Setelah itu Tom memberikan buku berjudul History Of Tom Jones pada Jane.
Kesan buruk Tom di mata Jane sedikit
demi sedikit mulai berangsur pudar. Lewat pertemuan demi pertemuan akhirnya Jane
mulai mengetahui karakternya. Sikapnya yang arogan dan tak kenal sopan santun
hanyalah muslihat untuk menyembunyikan watak aslinya. Akhirnya mereka berdua
pun jatuh cinta.
Kisah cinta mereka langsung
mendapat ujian. Ketika Tom membawa Jane ke rumah pamannya (Ian Richardson) yang
menjadi hakim di kota, pamannya tak menyetujui hubungan mereka. Usut punya usut,
ada seorang yang mengirimkan surat pada pamannya dan memberitahunya bahwa Jane hanyalah
gadis miskin dan penulis amatir.
Meski tidak mendapat persetujuan
dari pamannya, Jane meminta Tom untuk tetap menikahinya. Namun bukannya
anggukan yang di dapat malah sebuah kata penolakan dari kekasihnya itu. Tom
mengatakan kalau dirinya bergantung sepenuhnya pada pamannya. Jane begitu kecewa
melihat keputusan yang diambil kekasihnya tersebut. Akhirnya ia memutuskan kembali
ke keluarganya.
Kedatangan Jane ke rumah langsung
disambut hangat keluarganya. Ibunya yang dulu selalu memaksakan kehendaknya,
tiba-tiba begitu hangat menyambut kedatangannya. Dan hari-hari yang dilaluinya
kini tanpa ada paksaan dari ibunya untuk menikah dengan Mr. Wisley.
Saat Jane dan saudaranya sedang
berjalan-jalan di hutan, tiba-tiba Tom muncul dihadapanya dan mengajaknya untuk
kawin lari. Jane yang sempat ragu akhirnya
luluh melihat kesungguhan kata-kata yang keluar dari mulut kekasih yang sangat
dicintainya itu.
Mereka berdua pun akhirnya kabur
untuk menikah di London. Namun belum sempat sampai London, tiba-tiba kereta
kuda yang mereka tumpangi terprosok dalam kubangan lumpur. Saat Tom hendak
melepaskan jasnya untuk membantu mendorong kereta, dompetnya terjatuh. Jane yang melihat dompet
itu langsung mengambilnya. alangkah kagetnya dia saat membaca isi surat yang terselip di dompet tersebut.
“Kepada Tom. Seberapa tepat waktu kedatangan uang yang kamu kirimkan. Itu sangat berharga bagi ayah
dan aku. Kau begitu baik untuk berbagi uang saku dari pamanmu. Bagaimana kami
akan bertahan hidup tanpa itu.”
Setelah membaca seluruh isi surat
itu, Jane dihadapkan pada situasi yang begitu dilematis. Apakah dia akan tetap
kawin lari dengan Tom? Jika dia tetap kawin lari bagaimana dengan nasib keuangan
keluarga Tom yang seluruhnya bergantung padanya?
Sebuah pilihan yang sulit. Namun
harus ada sebuah keputusan. Akhirnya Jane dengan mantap memutuskan untuk tidak
melanjutkan perkawinan yang sudah di depan mata itu. Usaha Tom untuk meyakinkan
Jane kali ini tidak berhasil. Jane tetap bersikukuh pada pendiriannya. Baginya
pernikahan mereka hanya akan menghancurkan keluarga Tom yang sepenuhnya
bergantung padanya. Akhirnya mereka berdua pun berpisah.
Dua puluh tahun kemudian, yang
juga menjadi ending film ini, mereka berdua kembali bertemu. Kali ini Jane
sudah menjadi penulis novel terkenal namun memutuskan untuk tidak menikah.
Sedangkan Tom sudah menjadi Hakim dan memiliki seorang putri.
Jane Austen sampai akhir hayatnya
tetap tidak menikah. Ia meninggal pada usia 42 tahun. Novel karya-karyanya yang
menjadi masterpiece antara lain: Pride
and Prejudice, Sense and Sensibility,
Emma, Mansfield Park, Northanger Abbey, dan Persuasion.
3 komentar:
Baru kemarin nonton filmnya dan .... sebuah kisah yg manis .... :) walau endingnya mereka berdua tak bisa bersama.
Aq gak suka endingnya
Memang penulis itu idealisnya tinggi
Sampe hrs kehilangan cintanya
Tapi keidealisannya tdk membuatnya egois
Menurut dia cinta keluarga itu labih penting
kebahagian kedamaian kenyamanan tersendiri
Posting Komentar