Bank Indonesia (BI) reported recently that Indonesia’s external debt at the end of October 2016 grew 6.7% (yoy), slower than 7.8% (yoy) at the end of September 2016. The slowing growth was driven by a slowdown in public sector external debt and a decline in private sector external debt. Long-term external debt grew 6.4% (yoy), lower than 8.7% (yoy) in September 2016. Meanwhile, short-term external debt grew 8.6% (yoy), up compared with September 2016 growth of 1.8% (yoy). With this development, the Indonesia’s external debt position at the end of October 2016 stood at US$ 323.2 billion.
Selasa, 27 Desember 2016
Senin, 26 Desember 2016
Wijaya Karya & Pinjaman Asing, Siapa Diuntungkan?
Komitmen Pemerintah untuk mempercepat berbagai proyek infrastruktur dengan kondisi fiskal yang serba terbatas, mau tak mau membuat Pemerintah mencari opsi pendanaan dengan pihak luar. Namun pertanyaanya apakah pinjaman dari luar itu menguntungkan pihak Indonesia?
Label:
OPINI
Sabtu, 21 Mei 2016
Apa Kabar Akuisisi Saham Newmont?
bulan lalu, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tiba-tiba jadi primadona di bursa saham. Hanya dalam waktu beberapa hari saja, saham perusahaan yang bergelut di bidang minyak dan gas itu mampu mencetak return hingga puluhan persen. Penyebab utamanya, tak lepas dari aksi spekulasi para pelaku pasar yang ingin mendulang keuntungan terkait rencana Arifin Panigoro mengakuisisi saham PT Newmont Nusa Tenggara.
Label:
OPINI
Kamis, 19 Mei 2016
Waspadai Pembalikan Modal
Setelah sempat tenang beberapa bulan, kini ekonomi dunia terutama negara berkembang kembali menghadapi cobaan berat dari negara adidaya, Amerika Serikat (AS). Negara paman sam itu rencananya ingin kembali menaikan suku bunga acuannya pada bulan Juni nanti karena kondisi ekonominya yang sudah mulai pulih.
Signal pulihnya perekonomian AS ini bisa dilihat dari beberapa indikator seperti kondisi pasar tenaga kerja yang mulai beranjak membaik dan target inflasi 2% yang diyakini akan tercapai. Selain itu, kondisi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II juga diperkirakan akan jauh lebih baik di banding kuartal I lalu yang datanya cukup mengecewakan yaitu hanya mampu tumbuh 0,5%.
Label:
OPINI
Rabu, 18 Mei 2016
Ada Apa?
Pekan lalu saya sempat bertemu teman yang sedang mengalami gundah gulana. Sebut saja namanya, Ade, dia lulusan perguruan tinggi swasta di wilayah jakarta selatan. Dia mengaku bingung dengan kondisi pemerintah saat ini. "Sebenarnya fokus Pemerintah saat ini itu apa? kok situasinya kian memprihatinkan," kata dia dengan tubuh lemas.
Label:
DIARY
Selasa, 17 Mei 2016
Warren Buffet Beli Saham Apple US$ 1 Miliar
Warren Buffet lewat perusahaan investasinya Berkshire Hathaway kembali mengejutkan jagat investasi. Setelah pada beberapa waktu lalu dia dikabarkan ikut menawar saham Yahoo bersama Dan Gilbert pendiri Quicken Loans Inc, kini orang paling kaya nomor dua di dunia ini dikabarkan telah membeli 9,8 juta saham Apple senilai US$ 1 miliar pada kuartal I 2016.
Buffet sebelumnya dikenal sebagai value investor yang anti saham-saham teknologi. Alasanya sederhana, Bagi dia hal yang paling penting dalam investasi adalah harus memahami bisnisnya, dan dia mengaku kurang mengerti terhadap saham-saham yang berbasis teknologi. Buffet lebih suka membeli saham yang memang telah dia kenal dengan baik. Coca Cola misalnya, dia terus menyimpannya hingga kini.
Label:
NEWS
Sabtu, 14 Mei 2016
Warren Buffet Ikut Tawar Yahoo
Sumber: http://www.telegraph.co.uk/ |
Buffet tidak sendiri, dalam konsorsioum tersebut juga terdapat Dan Gilbert pendiri Quicken Loans Inc. Sayangnya, seperti dilansir dari Bloomberg, ketika dimintai konfirmasi baik dari Buffet, Gilbert, dan pihak Yahoo belum merespon.
Label:
NEWS
Selasa, 15 Maret 2016
Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Ramai
JAKARTA- Kondisi perekonomian domestik yang terus menunjukan perbaikan diperkirakan akan menjadi katalis positif bagi emiten untuk menerbitkan obligasi korporasi pada tahun ini.
Wahyu Trenggono, Direktur Indonesia Bond Pricing Agency, mengungkapkan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian membuat cost of fund penerbitan obligasi lebih murah sehingga menambah daya tarik emiten untuk menerbitkan obligasi.
Wahyu mencatat sepanjang 2015 lalu ada 39 emiten yang menerbitkan 117 seri obligasi korporasi dengan total nilai Rp 62 triliun. Dan untuk tahun ini jumlah obligasi korporasi yang akan jatuh tempo sekitar Rp 40 triliun.
Wahyu Trenggono, Direktur Indonesia Bond Pricing Agency, mengungkapkan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian membuat cost of fund penerbitan obligasi lebih murah sehingga menambah daya tarik emiten untuk menerbitkan obligasi.
Wahyu mencatat sepanjang 2015 lalu ada 39 emiten yang menerbitkan 117 seri obligasi korporasi dengan total nilai Rp 62 triliun. Dan untuk tahun ini jumlah obligasi korporasi yang akan jatuh tempo sekitar Rp 40 triliun.
Label:
NEWS
Langganan:
Postingan (Atom)