Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

Labels

Senin, 29 Oktober 2012

Pengalaman Modus Kejahatan di Kopaja

jakartacommuter.com

Di tengah panasnya kota Jakarta, jumat 14 september aku baru pulang dari palmerah selatan menghadiri acara briefing  penelitian kompas. Aku putuskan saat itu juga untuk pulang naik 102 dari depan hotel mulia.  Kurang lebih aku menunggu sekitar 15 menit mobil yang kunanti akhirnya datang juga. Saat kakiku mulai melangkah dalam bus aku melihat tidak terdapat bangku kosong. “Yah berdiri deh, “ ucapku dalam hati.
Tiba-tiba saat bus sampai di gelora senayan dari belakang ada orang yang menepuk pundakku, aku menoleh ke belakang. “Duduk sini,” sambil tangannya menepuk jok yang berada di sampingnya. Ahirnya aku pun duduk di samping orang itu. “Yah, lumayan daripada kaki terasa pegal-pegal,” batinku.

“Kamu orang Surabaya ya,” tiba-tiba orang di sampingku bertanya. Aku kaget dan merasa risih karena pertanyaan itu namun aku putuskan untuk tetap tenang. “Aku orang ciputat,” ucapku ketus.

Laki-laki berkulit sawo matang yang kepalanya ditutupi topi kusam itu melanjutkan pertanyaan. “Kamu kerja dimana? “Aku tidak bekerja”  jawabku lagi dengan nada lebih ketus dari pertanyaan pertama. Tak mendapat respon atas pertanyaannya, tiba-tiba datang satu orang lagi yang duduk di sampingku. Orang itu memiliki kulit gelap dan muka khas orang timur Ambon. Dengan memakai jeans kumal dan kaos warna biru kusam orang itu menepuk pundakku. “Kamu orang mana?” ucapnya sambil matanya melotot ingin mengintimidasi diriku.

“Saya orang Ciputat” jawabku untuk yang kedua kalinya. Merasa saya sudah tidak merasa nyaman, kedua orang itu berusaha membuat saya panik. “Jangan sampai nanti tiba-tiba saya periksa KTP mu ternyata kamu orang Palembang,” ucap laki-laki pertama. Tanpa ada jeda laki-laki kedua langsung merangkul pundak saya dan bertanya apakah saya membawa senjata tajam? Mendengar pertanyaan itu aku semakin yakin bahwa kedua orang tersebut benar-benar pelaku kriminal. 

Tanpa menunggu lama dan tanpa kata permisi saya langsung pindah ke tempat duduk belakang supir. Saya sudah tidak peduli lagi dengan kedua orang tersebut. Dan seandainya mereka mengikuti saya dan akan menodong, saya sudah siap untuk berkelahi dengan mereka meski mereka berdua dan secara hitung-hitungan peluang saya untuk menang sangat kecil.

Beruntung mereka berdua tidak mengikuti saya ketika saya memutuskan untuk duduk di belakang sopir. Entah karena apa dia tidak mengikuti saya? Apa mereka mencoba mencari mangsa baru di jok belakang. Entahlah? Pikiranku saat itu hanya ingin cepat sampai Ciputat dengan selamat.

0 komentar:

Posting Komentar