Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 05 November 2021

Yuval: Manipulasi dan Infeksi

Malam ini sebelum tidur saya nonton video di youtube. Di beranda ada video yang menarik perhatian saya. Yang bicara di video itu: Yuval Noah Harari. Paling tidak ada dua hal penting yang saya tangkap dari video tersebut.

Pertama dia bilang bahwa hidup kita sangat mudah dimanipuasi oleh Pemerintah dan Perusahaan. Setiap hari dua entitas ini selalu mencoba menghijak pikiran kita. Bagaimana cara mereka menghijak? Begini, perusahaan atau Pemerintah itu akan mencari apa yang jadi keinginan, hasrat, dan kesukaan kita lewat teknologi AI. Contohnya, kita mungkin sering mengalami. Ketika lagi mencari topik tertentu di media sosial, entah bagaimana algoritma media sosial tiba tiba menyarankan tema yang mirip saat kita mencari informasi tersebut. Kita lagi buka youtube soal musik rock, besoknya di beranda kita akan bermunculan band rock yang mirip dengan yang kita cari kemarin.

Dan fenomena ini akan sangat mudah untuk dimanfaatkan pihak tertentu. Misalnya bagi pemerintah, dia bisa mengetahui suatu isu itu berapa banyak yang setuju dan menolak.

Maka dari itu saran dari Yuval, kita harus mengetahui lebih dahulu siapa sebenarnya diri kita. Karena terlambat sedikit kita gagal mengidentifikasi diri kita, hal itu akan diambil alih oleh perusahaan dan pemerintah. Mereka akan coba memanipulasi tindakan tindakan kita. 

Uniknya, saat mereka memanipulasi, kebanyakan dari kita itu tidak sadar. Jadi seolah olah, tindakan yang kita lakukan itu memang benar benar berasal dari dalam diri sendiri. Padahal, kita itu ibarat robot yang keinginan dan tindakannya sudah ada yang mengatur. 

Kedua, Yuval menjelaskan bahwa internet terutama sosial media itu punya daya menular yang cukup besar. Daya penularannya jauh lebih dahsyat di banding virus yang kita kenal seperti penyakit flu dan covid. 

Contoh kongkritnya: kemarahan dan kebencian. Lewat media sosial, kemarahan dan kebencian itu bisa sangat cepat menular. Kalian bisa lihat sendiri, bagaimana fenomena itu terjadi saat pemilu kemarin. Bagaimana orang dengan mudahnya membenci hanya karena beda pilihan politik. Mereka tidak peduli itu teman, sahabat, atau pun kerabat. Asal tidak masuk barisannya itu artinya menjadi lawannya. 


0 komentar:

Posting Komentar