“Silahkan masuk mas, mahasiswa lagi pada libur jadi sekret kelihatan sepi”. Begitulah ungkapan yang pertama kami dengar saat pertama tiba di sekertariat LPM Kentingan, UNS.
Keramahan dan sambutan hangat dari mereka sedikit membuat lelah dan
penat yang kami rasakan berangsur sirna setelah 14 jam melakukan perjalanan
dengan kereta api Bengawan, Jurusan Jakarta-Solo.
Kentingan merupakan LPM pertama yang kami kunjungi dalam rangkaian
acara studi banding ke Persma Solo dan Jogja pada tanggal 12 Juli 2010 sampai
15 Juli 2010. Setelah dipersilahkan
masuk, Kami pun langsung melakukan obrolan dari masalah sistem perekrutan,
penerbitan, marketing, sampai isu-isu
tentang kampus.
Persma yang terletak di pojok kiri lantai 3 Graha UKM UNS ini memiliki
sistem perekrutan yang berbeda dari persma-persma kebanyakan. Mereka
menggunakan seleksi di awal. Ketika masa perekrutan anggota (makra), mereka
langsung melakukan penyeleksian kepada para mahasiswa yang mendaftar.
Setelah itu, baru diadakan pelatihan jurnalistik bagi para pendaftar
yang lolos seleksi. Setelah pelatihan, anggota baru diharuskan memilih divisi yang ingin ditekuninya sehingga
bagi yang terjun di fotografi atau marketing
tidak diperbolehkan untuk menulis berita.
Mengenai masalah penerbitan, LPM Kentingan dapat dikatakan cukup
produktif. Sejak berdiri sampai sekarang mereka telah menerbitkan 16 majalah, 28
buletin semi majalah, dan 1 antologi cerpen. Isu-isu yang mereka angkat adalah
persoalan tentang kampus dan kondisi
sosial budaya di daerah Solo.
Tak terasa sore pun tiba, itu menunjukan kami harus pamit untuk
melanjutkan perjalanan menuju ke LPM Kalpadruma yang berada di fakultas sastra
dan seni rupa UNS.
Kondisi Kalpadruma tak jauh berbeda dengan Kentingan, yang
membedakan hanya dari isu yang mereka angkat. Kalpadruma lebih banyak
mengangkat isu-isu masalah sastra di banding tentang kampus.
Meskipun hanya di bawah naungan fakultas, namun jika dilihat dari
segi kualitas tulisan dan intens penerbitan, Kalpadruma patut di acungi jempol.
Setiap 1 bulan sekali mereka menerbitkan buletin dan majalah dalam satu
kepengurusan. Selain itu, dalam masalah kekeluargaan mereka begitu menjaga
betul. Terbukti ketika ada anggotanya yang terkena masalah, mereka berusaha
mengajak sharing dan mencari penyelesaiannya bersama-sama.
Setelah seharian berada di kampus “ndeso”, esok paginya kami berangkat menuju kota pelajar untuk berkunjung ke LPM yang ada
disana.
LPM yang pertama kami kunjungi adalah POROS, Universitas Ahmad
Dahlan (UAD). Persma ini terletak di lantai dasar gedung tinggi dengan tower
yang berdiri tegak menjulang tinggi ke atas langit. Gedung itu merupakan pusat
informasi dan telekomunikasi UAD.
Setelah berkunjung ke POROS, kami melanjutkan perjalanan menuju
EKSPRESI UNY. Ekspresi merupakan persma yang cukup disegani di kalangan persma Jogja
dalam masalah penulisan maupun penerbitan. Mereka memiliki keahlian dalam menulis
hal yang biasa menjadi luar biasa, seperti tulisan dalam buku yang baru mereka
terbitkan mengenai ramalan.
Senja mulai menampakkan jati dirinya. Kami pun beranjak menuju LPM Balairung
UGM. Sambutan hangat yang biasa kami terima dari kawan-kawan persma tak kami
dapatkan di persma ini. Mereka begitu dingin dalam menyambut kedatangan kami
sampai-sampai untuk segelas aqua pun mereka tak mampu menghidangkan.
Malam pun mulai tiba. Kami pun langsung melanjutkan perjalanan
menuju LPM Arena, UIN Jogja. persma ini terletak di gedung student center.
Bentuk arsitektur gedung itu mirip aquarium dengan kaca-kaca ukuran besar
mengelilinginya. Arena memiliki nama yang unik dalam produk newsletter-nya yaitu “Slilit”. Alasan
penamaan ini karena tulisan-tulisan yang ada di dalamnya begitu jelas dan
mengganjal seperti layaknya slilit yang menempel pada sebuah gigi. Malam pun
kian larut, kami menyempatkan diri menikmati indahnya malam kota Jogja di Stasiun Tugu.
Di pinggiran stasiun ini berjejer warung kopi khas daerah tugu.
Warung-warung itu merupakan tempat nyantainya orang Jogja setelah siangnya
mereka disibukkan oleh berbagai rutinitas harian. Minuman khas dari warung itu
adalah kopi joss. Perbedaan kopi ini dengan kopi yang lain adalah dalam
racikannya. Kopi ini menggunakan sedikit arang untuk menambah cita rasa kopi.
Tak terasa hari terakhir perjalanan kami berkunjung ke persma Solo dan
Jogja telah tiba. Kami berencana pulang ke Jakarta menggunakan kereta Progo dari Stasiun
Lempuyangan menuju Senen. Meskipun hanya 3 hari di kota itu. Kami begitu terkesan dengan hal-hal
yang ada disana dan akan menjadi kenangan yang tak terlupakan dalam hidup. charisasfiya@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar