Baru-baru ini wacana penjualan saham bir yang dimiliki Pemprov DKI di PT Delta Jakarta Tbk (DLTA) kembali mengemuka. Kali ini datang dari Sandiaga S Uno, wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru terpilih yang menegaskan untuk menjual saham tersebut. Sebetulnya, bukan kali ini wacana penjualan saham bir yang dimiliki San Miguel, perusahaan bir asal Filipina dan Pemprov DKI ini ramai diperbincangkan.
Dua tahun lalu, Fahira Fahmi Idris, anggota DPD yang lebih suka dipanggil senator ini juga terlibat perseturuan dengan Ahok. Gara-garanya Ahok bersikukuh untuk mempertahankan kepemilikan saham Pemprov DKI Jakarta di perusahaan bir tersebut. Padahal, kata Fahira, bir yang diproduksi PT Delta Jakarta itu membahayakan kesehatan dan mematikan satu orang dalam setiap 10 menit (Tempo.co,11/4/15). Entah atas dasar apa Fahira mengemukakan alasan seperti itu.
Berbeda dengan Fahira, menurut Sandiaga alasan dirinya ingin menjual saham bir tersebut karena dinilai tidak berkepentingan langsung dengan warga DKI Jakarta. Meski Sandiaga mengakui bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus dan selalu menghasilkan profit. Bahkan menurut dia nantinnya akan banyak peminat jika saham tersebut dilepas.
Lalu bagaimana sebenarnya kinerja Delta Jakarta?
Well, kalau kita melihat laporan keuangannya, tahun lalu perusahaan yang menjual bir dengan merek Anker, Carlsberg, Stout, dan Kuda Putih ini mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,65 triliun. Dari hasil penjualan tersebut, Delta Jakarta menyumbang ke kas negara lewat cukai dan pajak penjualan sebesar Rp 883, 65 miliar. Ini berarti sekitar 53,2% penjualan Delta Jakarta masuk ke kas negara.
Tahun lalu, Delta Jakarta berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 253,72 miliar atau meningkat 33% dari tahun 2015 yang sebesar Rp 192,04 miliar. Meski laba bersih meningkat, namun dividen yang dibagikan ke pemegang saham tercatat menurun. Tahun lalu, dividen yang dibagikan hanya sebesar Rp 96,03 miliar. Sedangkan dividen yang dibagikan pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp 156,87 miliar.
So, dengan Pemprov DKI Jakarta yang memiliki saham sebesar 26,25% di Delta Jakarta berarti tahun lalu uang yang masuk ke kas Pemprov DKI Jakarta hanya sekitar Rp 25,2 miliar. Jumlah ini tentu merosot tajam di banding tahun 2015 di mana uang yang masuk ke Pemproc DKI Jakarta diperkirakan mencapai Rp 41,18 miliar.
Kembali ke rencana Sandiaga yang ingin melepas saham bir milik Pemprov DKI Jakarta, bagi saya yang menarik dan perlu dipantau adalah siapa investor yang akan membeli saham tersebut? Lalu berapa nilai penjualannya? Jika mengacu pada harga saham pada penutupan perdagangan kemarin, kapitalisasi pasar Delta Jakarta tercatat sebesar Rp 4,08 triliun, berarti jika Pemprov DKI Jakarta menjual seluruh sahamnya pada saat ini diperkirakan bisa mendapatkan dana sekitar Rp 1,07 triliun.
Memang dengan menjual saham tersebut, Pemprov DKI Jakarta akan mendapatkan dana segar yang cukup besar. Tapi konsekunsinya dia juga kehilangan pendapatan berulang lewat dividen yang setiap tahun diterima dari PT Delta Jakarta. Lalu pertanyaannya, bagaimana caranya Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut menutupi hilangnya pendapatan dari perusahaan bir tersebut? Telah jamak kita ketahui, membelanjakan itu lebih mudah daripada mencari uang. Dan adagium ini, saya rasa juga tetap berlaku bagi Pemerintah.
Selanjutnya, yang juga tak kalah penting adalah apakah Pemprov DKI Jakarta akan memberikan jaminan terhadap investor yang akan membeli sahamnya? Jika tak ada jaminan keberlangsungan bisnis, saya rasa tidak akan ada investor yang tertarik. So, mari kita tunggu, gimana kelanjutan episode penjualan saham bir ini ke depannya?
0 komentar:
Posting Komentar