sumber: narotama.ac.id |
Sampah. Satu kata yang identik dengan kotor, jijik, dan bau. Karena bentuknya yang menjijikan itu seringkali sampah dianggap barang yang tidak berguna. Namun saat ini sampah mulai unjuk gigi. Barang yang bertahun-tahun dianggap tidak berharga kini bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Sampah mulai dianggap barang yang bernilai ketika pada tahun 2008 ditemukan konsep tentang bank sampah. Konsep ini digagas oleh sosok Bambang Suwerda yang sehari-hari bekerja sebagai dosen. Ia gelisah ketika kampungnya mulai terjangkit wabah demam berdarah. Bermula dari rasa prihatin itulah sosok bambang mulai mengumpulkan warganya untuk turut serta menjaga kebersihan lingkungan dengan mendirikan bank sampah dengan nama Gemah Ripah yang menjadi pelopor Bank Sampah di Indonesia (kompas, 2010).
Konsep bank sampah sebenarnya begitu sederhana sekali. Masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka nanti akan mendapatkan nomor rekening dan buku tabungan. Sewaktu-waktu uang sudah terkumpul cukup lumayan mereka bisa kapan saja mengambilnya.
Berawal dari bank sampah gemah ripah bantul itu, kini Bank sampah mulai banyak ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Menurut data kementerian lingkungan hidup saja, bank sampah saat ini telah merambah di 44 kota dengan total sebanyak 584 buah.
Salah satu bank sampah yang mulai maju adalah bank sampah di kota malang (BSM). Konsep bank sampah di sana `berbentuk koperasi. Sama seperti koperasi pada umumnya, bank sampah malang juga menyediakan pinjaman bagi nasabahnya yang memerlukan uang. Untuk menjadi nasabah di BSM jiga tidak terlalu rumuit. Karena bentuk nasabahnya di sana hanya terbagi dua. Pertama nasabah perorangan dan yang kedua nasabah unit.
Untuk nasabah perorangan, tinggal langsung datang ke kantor BSM dan langsung menyerahkan sampah yang akan ditabung. Sedangkan untuk nasabah unit ada persyaratan yang diperlukan yaitu membentuk pengurus binaan yang terdiri atas ketua, sekertaris, dan bendahara. Bagi nasabah unit yang berbentuk sekolah jumlah kelompok binaannya minimal 40 siswa sedangkan bagi masyarakat minimimal 20 orang.
Tahun ini BSM melakukan terobosan yang unik. Pengelola BSM bekerjasama dengan PLN mengadakan program bayar listrik dengan sampah. Jadi masyarakat yang tabungannya mencukupi di BSM bisa digunakan untuk membayar tagihan listrik (Tempo).
Perkembangan bank sampah di Indonesia cukup mengembirakan. Pemasukannya saja boleh dibilang nominalnya cukup menggiurkan. Bayangkan saja 1 bulan bisa menghasilkan 1,8 miliar. Nah seandainya semua kota di negeri kita telah memiliki bank sampah selain masalah TPA yang setiap tahun memerlukan lahan baru, masyarakat kita juga akan mendapat penghasilan tamabahan tentunya.
Sekarang tinggal menunggu kota-kota yang belum terdapat bank sampah untuk segera menyusul. Semoga di tahun 2013 semua kota di Indonesia segera memilikinya.
0 komentar:
Posting Komentar