Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

Labels

Minggu, 23 Juni 2013

Sang Kiai: Pejuang Kemerdekaan dari Pesantren

 Selama ini, setidaknya pada pelajaran sejarah kita di sekolah, sedikit sekali atau mungkin tidak ada sama sekali yang membahas kontribusi pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.  Lewat film besutan Rako Prijanto ini kita akan diberi sedikit gambaran bagaimana perjuangan kaum santri merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Film sang Kiai merupakan film yang mengisahkan perjuangan K.H. Hasyim Asy’ari dan kaum santri melawan penjajah pada rentang tahun 1942-1947. Pada rentang waktu itu, bangsa Indonesia dijajah oleh tiga negara secara bergantian yaitu Jepang, Inggris, dan Belanda.
Masa pendudukan Jepang merupakan masa paling berat yang dialami bangsa Indonesia. Kondisi berat itu pun dialami oleh pesantren tak terkecuali pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari.
Sebagai pengasuh pondok pesantren, sekaligus tokoh yang menjadi rujukan bagi sebagian besar muslim Indonesia khususnya warga NU, K.H. hasyim Asy’ari jelas langsung jadi incaran pihak Jepang. Lewat tuduhan sebagai dalang pemberontakan di pabrik Cukir dan tidak mau melakukan upacara sekerei (membungkuk ke arah matahari), tentara Jepang membawa K.H. Hayim Asy’ari ke tahanan.

Kamis, 20 Juni 2013

Solidaritas Persma Daerah

“Silahkan masuk mas, mahasiswa lagi pada libur jadi sekret kelihatan sepi”. Begitulah ungkapan yang pertama kami dengar saat pertama tiba di sekertariat LPM Kentingan, UNS.
Keramahan dan sambutan hangat dari mereka sedikit membuat lelah dan penat yang kami rasakan berangsur sirna setelah 14 jam melakukan perjalanan dengan kereta api Bengawan, Jurusan Jakarta-Solo.
Kentingan merupakan LPM pertama yang kami kunjungi dalam rangkaian acara studi banding ke Persma Solo dan Jogja pada tanggal 12 Juli 2010 sampai 15 Juli 2010.  Setelah dipersilahkan masuk, Kami pun langsung melakukan obrolan dari masalah sistem perekrutan, penerbitan, marketing, sampai isu-isu tentang kampus.

Rabu, 19 Juni 2013

Perubahan Kurikulum Dan Kepentingan Penguasa


Sudah lebih dari enam dekade perjalanan pendidikan di republik ini, namun belum ada satupun kurikulum yang berakhir dengan memuaskan. Hampir setiap Menteri  Pendidkan memiliki kebijakan kurikulumnya sendiri-sendiri. Tercatat dalam sejarah setidaknya  kita telah mengalami delapan kali perubahan kurikulum.

Perubahan kurikulum ini menandakan betapa dunia pendidikan kita ini masih belum stabil. Terkesan adanya selera yang berbeda di antara pembuat kebijakan. Bahkan dikalangan masyarakat terkenal adagium “ganti menteri ganti kurikulum”.

Kamis, 13 Juni 2013

Laporan Analisis Renstra


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Perencanaan pendidikan adalah suatu komponen yang penting bagi pengembangan mutu sekolah. Tanpa perencanaan yang matang keberhasilan untuk memajukan pendidikan hanyalah sebuah cita-cita belaka. yang lebih dalam sebuah perencanaan adalah yang menyangkut perencanaan strategis, ketika perencanaan strategis sudash ditetapkan maka pelaksanaanya akan memungkingkan perbaikan mutu sekolah.

Perencanaan strategis dapat dipahami sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa melakukan apa yang dikerjakannya itu. Yang terbaik, perencanaan strategis mensyaratkan pengumpulan informasi secara luas, eksplorasi alternative, dan menekankan implikasi masa depan keputusan sekarang.

Perencanaan strategis dapat menfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu pembuatan keputusan secara tertib maupun keberhasilan implementasi keputusan. Arti penting penting perencanaan strategis berasal dari kemampuannya membantu organisasi maupun komunitas public dan nirlaba secara efektif merespon lingkungan yang telah berubah secara dramatis dan kini di depanya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, berbagai masalah yang timbul di sekolah  yang menyangkut perencanaan pendidikan yaitu berkaitan dengan proses implementasi perencanaan yang telah ditetapkan, baik itu jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Masalah-masalah tersebut dapat di identifikasi sebagai berikut :
1)      Kurang efisien dan efektifnya implementasi dari program-program yang telah direncanakan
2)      Kurangnya pengawasan kepala sekolah terhadap aplikasi perencaan pendidikan
3)      Kurangnya analisis lingkungan ekternal dan internal terhadap sekolah

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya bahwa perencanaan strategis yang dilakukan sekolah adalah merupakan sesuatu yang paling fundamental dalam memajukan sekolah, yang mana proses perencaan harus dilaksanakan dan di awasi agar tujuan pendidikan tercapai sesuai yang diharapkan.  

Sehubungan dengan luasnya permasalahan di atas, maka masalahnya dibatasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan perencanaan srategis , yaitu :
1)      Apa saja peran perencanaan strategis dalam mencapai keberhasilan tujuan pendidikan
2)      Apakah analisis lingkungan eksternal dan internal berjalan dengan baik?
3)      Bagaimana cara meningkatkan dan memperbaiki program-program yang telah direncanakan?
 D. Tujuan

Tujuan analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana perencanaan strategis berjalan di SDN Cempaka Putih I. Selain itu juga untuk melihat dan memberikan saran dari hasil temuan dalam perencanaan yang telah disusun agar dapat menemukan inovasi dan kreasi menuju program yang lebih baik yang dapat mencetak siswa unggulan.


    E. Manfaat

Adapun manfaat dari analisis ini adalah untuk menemukan sebuah inovasi baru sebagai bentuk keberhasilan dari perencanaan program pendidikan di SDN Cempaka Putih I.

Minggu, 09 Juni 2013

Kegagalan Kaderisasi Parpol

Krisis pemimpin nasional ternyata masih menghantui bangsa kita. Munculnya stok lama yang akan bertarung dalam bursa pencalonan presiden 2014, menjadi bukti bagaimana proses regenerasi pemimpin nasional mengalami kemandulan.
Menurut pengamat politik Gun Gun Heryanto, sulitnya regenarasi pemimpin nasional karena disebabkan kegagalan partai politik dalam melakukan kederisasi. Menurutnya tradisi kepartaian di Indonesia masih dominan dengan tradisi feodal, oligarkis, dan transaksional.
Tradisi feodal ini bisa dilihat dari ketergantungan partai terhadap figur tertentu. Meski tradisi ini sudah tidak relevan lagi di alam demokrasi, namun tidak sedikit dari partai politik kita masih mempraktekannya.
Sedangkan oligarki bisa dilihat dari pola distribusi dan alokasi kader partai ke jabatan publik yang ditentukan oleh segelintir elite partai. Penentuan calon pejabat eksekutif atau calon pejabat legislatif harus mendapat restu dari pimpinan pusat partai.
Sementara praktik transaksional dapat dilihat dalam proses politik yang memiliki biaya tinggi karena ditentukan oleh siapa yang bisa memiliki kekuatan hadiah (reward power) berlebih. Artinya, mereka yang punya uanglah yang akan mengendalikan seluruh kebijakan partai. Tradisi inilah yang menurut Gun Gun sudah mapan dan terpola mereduksi pola-pola regenerasi.
Politik Figur
Sejak era reformasi banyak figur yang mendirikan partai politik. Namun ironisnya partai yang mereka dirikan tak mampu melahirkan figur yang mampu menggantinya.

Becoming Jane: Kisah Tragis Penulis Besar Inggris


Bagaimana jika kita dihadapkan pada dua pilihan antara cinta dan keluarga. Mana yang dipilih? Kita mungkin punya jawaban sendiri-sendiri mana yang jadi pilihan. Begitu juga Jane Austen tokoh utama dalam film ini.
Film ini merupakan sepenggal kehidupan dari kisah cinta novelis besar Inggris,  Jane Austen penulis Pride & Prejudice yang hidup pada abad 18 .
Jane Austen (Anne Hathaway), lahir sebagai anak pendeta yang mengalami kesulitan finansial. Hidupnya  yang serba pas-pasan membuat ibunya (Julie Walters) mengharapkan anaknya menikah dengan Mr. Wisley (Laurence Fox), keponakan Lady Gresham (Maggie Smith), wanita kaya raya yang akan mewariskan seluruh hartanya pada Mr. Wisley.
Meski Mr. Wisley tertarik pada Jane. Namun Jane tak merespon. Melihat sikap Jane yang menolak pinangan pria sekaya Mr. Wisley, membuat hati ibunya dongkol. “Tuan Wisley adalah seorang pria muda yang sangat memenuhi syarat, Kau tahu kesulitan kita, Jane. Apakah kamu lebih suka jadi perawan tua yang miskin?”.
Meski ibunya terus-menerus memintanya untuk menikah dengan Mr. Wisley, namun Jane tetap berpendirian untuk menikah hanya pada orang yang ia cintai. Jane memang terkesan mendahuli zamannya.