Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 25 April 2013

LIBERAL ARTS


Tidak mudah membuat film drama komedi yang mampu membuat kesan mendalam pada setiap karakter yang dimunculkan, namun lewat kecerdikan dari Josh Radnor film Liberal arts mampu tampil menawan lewat jalinan cerita yang disuguhkan.

 Film ini bercerita tentang jesse fisher seorang pria berusia 35 tahun yang datang mengunjungi profesor favoritnya di Ohio. Bertahun-tahun Jesse hidup di kota besar seperti new york dengan rutintias yang serba membosankan. Gaya hidup individual khas kota besar menjadikan Jesse begitu tidak semangat menjalani hidup, terlebih tanpa seorang pendamping di sisinya.

Saat professornya mengundangnya untuk datang di acara perpisahan, jesse begitu antusias. Wajahnya begitu memancarkan kebahagian. Mungkin dia ingat masa indahnya saat masih menjadi mahasiswa dulu. Scene jesse berlari-lari sambil menari-nari dan tidur di taman kampus mengambarkan bagaimana hati jesse merasa begitu bahagia kembali ke kampusnya yang telah lama ia tinggalkan.
  
Selain Jesse Fisher, tokoh utama dalam film ini yaitu zibby gadis berusia berusia 19 tahun yang memiliki sifat periang dan humoris. Yang menarik dari sosok ziby ini yakni perhatiannya terhadap improvisasi dalam menjalani hidup. “segala sesuatu dalam hidup pada dasarnya adalah improvisasi tidak ada naskah, kita hanya berbuat apa adanya” ujar zibby pada pertemuan awal dengan fisher.

Dari pertemuan awal antara jesse dan zibby di restoran bersama keluarganya terlihat obrolan hangat yang membuat mereka terlihat sudah lama kenal. Lewat obrolan itu terlihat Jesse  menaruh simpatik dengan zibby yang mampu membuatnya selalu terkesima lewat tingkahnya. Bahkan apapun ajakan zibby, jesse tak mampu menolaknya.

Yang membuat film ini begitu cerdas adalah ketika Radnor mampu menyuguhkan situasi dilematis yang dialami jesse. Perang batin jesse untuk menjalin hubungan lebih jauh dengan zibby karena perbedaan usia yang terlampau jauh, dilukiskan lewat adegan jese fisher menuliskan perbandingan usianya dengan zibby di sebuah buku tulis. 

Adegan di mana jesse membandingkan umurnya di buku tulis itu mampu menciptakan tawa bagi para penonton film ini. 

Tokoh selanjutnya yang menarik untuk disimak dalam film ini yakni Professor Hobert, pria berumur 70 tahun yang mengalami psikologis selalu merasa usianya masih 19 tahun. Lagi-lagi Radnor membuat saya begitu kagum dengannya. Bagaimana dalam film ini Radnor mampu menggambarkan dengan pas sosok professor yang mengalami disorientasi setelah masa pensiunnya.

Professor hobert yang hidup di lingkungan mahasiswa yang secara usia berkisar antara 19-22 tahun membuatnya selalu merasa seperti mereka. “mengajar di sini bertahun-tahun, aku menjadi tahu diriku sendiri. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang usianya 19 tahun, dan aku mungkin merasa 19 tahun.”

awal perjumpaanya dengan fisher sebelum acara perpisahan pensiun, karakter professor hobert digambarkan layaknya anak muda masa kini lewat tingkahnya bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan badannya. Namun setelah acara perpisahan pensiun, professor hobert menjadi pribadi yang murung. Bangun tidur hingga sore aktifitasnya hanya duduk di kursi kamarnya sambil menghadap ke arah jendela.   

Selain itu terdapat sosok Nat pria hippie unik dan super supel yang tanpa sengaja bertemu dengan fisher di taman kampus yang sedang galau berdiri memandangi pohon. Dengan gaya sok akrab Nat langsung bekenalan dengan Fisher. Selanjutnya Nat mengajak Fisher ke pesta perayaan kampus dengan kalimat yang hampir mirip dengan zibby “jangan katakan tidak, keberuntungan tidak pernah tersenyum pada orang-orang yang mengatakan tidak.” Ya, sebuah ungkapan yg hampir mirip dengan kata-kata zibby “one rule of improve that you can never say no,”.

Ketika nat mengajak fisher ke pesta tanpa disengaja dia bertemu kembali dengan zibby. melihat keberadaannya, raut muka fisher terlihat bahagia. Nah disini Nat mampu mengetahui apa yang sedang melanda hati fisher. Akhirnya Nat merekayasa mereka berdua untuk saling bertemu di sebuah kedai kopi kampus.

Dalam film ini agaknya Radnor mencoba memberi pesan bahwa kehilangan semangat hidup bisa menimpa siapa saja tanpa pandang usia. Bahkan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang pintar dan super jenius dari Dean mahasiswa jenius yang mengalami depresi sampai professor hoberg yang menjadi favorit jesse.  

kebahagiaan malah dan semangat hidup malah dimiliki oleh tokoh Nat, pria yang hidup marjinal dan memiliki pikiran sederhana seperti pada ungkapan awal film ini “he that increaseth knowledge, increaseth sorrow”.